Langsung ke konten utama

Postingan

YANG PATAH TUMBUH YANG HILANG BERGANTI

18 Oktober 2022   Jatuh dan tersungkur di tanah aku Berselimut debu sekujur tubuhku Panas dan menyengat Rebah dan berkarat Yang... Yang patah tumbuh, yang hilang berganti Yang hancur lebur akan terobati Yang sia-sia akan jadi makna Yang terus berulang suatu saat henti Yang pernah jatuh 'kan berdiri lagi Yang patah tumbuh, yang hilang berganti Di mana ada musim yang menunggu? Meranggas merapuh Berganti dan luruh Bayang yang berserah T'rang di ujung sana Yang... Yang patah tumbuh, yang hilang berganti Yang hancur lebur akan terobati Yang sia-sia akan jadi makna Yang terus berulang suatu saat henti Yang pernah jatuh 'kan berdiri lagi Begitu yang ku dengar di sepanjang perjalanan aku, menempuh perjalanan baru yang tanpa engkau. Wahai pemuja senja yang bilurnya menengadah aku, semburat menguning kunyit ditepian awan. Tak terasa, nyiur membawa lirih kepergian yang tanpa hadirmu. Sewindu sudah aku mengagumimu, dan kau yang terdiam tanpa usik memberikan bahu terkuat dan telinga ter
Postingan terbaru

TITIP PESAN DARI SUARA

30 Agustus 2018 “Kuatkan saya kali ini Tuhan. Saya sudah melihat ia berbahagia kali ini. Berikan saya keikhlasan dan keridhoan akan segala ketetapan dan kehendakMu. Bukankah kebahagiaannya adalah kebahagiaan saya pula? Maka ijinkan kali ini saya ridho dan ikhlas untuk meninggalkan kebahagiaan saya.” (Doa yang ku rangkum dalam tulisan pena 3th lalu)   Hai, diriku. Sudah lama rupanya aku menahan suara riuh di dalam hatiku. Sengaja aku pendam agar aku menemukan tujuanku. Dan hari ini 18 Juni 2021 aku sudah menemukan hadiahku yang aku rapalkan di awal Juni lusa. Tidak mudah untuk menahan suara bising ini selama 14 hari. Hingga pada akhirnya mereka bersatu padu dengan baik untuk menyuarakan kebisingan tersebut satu-persatu dimulai dari akal nalar ku hingga turun ke batin hatiku. Mungkin kau pernah bersuara dimana nyaman sekali kau bercerita disana dengan dirimu sendiri. Aku? Ketika lampu tidur ku matikan dan aku berbicaa pada langit-langit kamarku dan berkata pada diriku sendiri d

Senja Tak Selalu Berwarna Jingga

15 Oktober 2019, (Pukul 12.19 WIB). “Bu, makan. Es Teh tawar dulu bisa deh.” “Ya kak, makan sama apa? Es nya biar dibikinin si eneng dulu yak.” Ada 3 orang laki-laki, 2 orang perempuan masih berusia kisaran 17 th  an, dan si ibu pemilik warteg. Warteg yang bener-bener warung tegal. Logat si ibu kentara banget. “Sama apa aja yang engga pedes bu.” “Yah sayur sop nya baru aja abis. Opor ada kak.” “Kuah nya aja boleh bu, jangan pake ayamnya ga doyan saya. Kasih cumi, otak-otak, jamur, sama tempe ya bu. Nasinya satu setengah.” Beberapa detik kemudian datang si kenikmatan duniawi yang hakiki, es teh tawar dewa. Aku mengeluarkan amplop yang sedikit lusuh dari tas kecilku. Amplop yang tak bernama tapi penuh teka-teki. Karena tiba-tiba datang, aku sontak melihat jam tangan dan memastikan bahwa ini tanggal 15, jauh dari kata “Gajian”. Mana ada jaman sekarang gajian masih pake amplop seperti ini. sepanjang ini, dan lusuh pikirku. Ketika aku buka ujung amplo

RAKSASA RENTA

Hari ini tanggal 28 November 2016, Ada hal yang berbeda dari kisah Bunga Terakhir yang ku tulis Maret 2016 lalu, Jika Bunga Terakhir adalah penyesalanku setalah adanya kepergian, Kali ini aku justru ingin membawa kalian pada masa dimana sebelum adanya Kepergian itu ada. Wanita tua yang sering kusebut Ibu ini adalah orang terhebat dalam hal apapun, perut gendutnya adalah tempat ternyaman untukku berbaring kala itu di umur antara 3-7 tahun sepeningatku, ahh hebatnya dia selalu membangkitkan gairah keagamaanku untuk berdoa, bahwa ia adalah orang tua yang sempurna untuk anak bandel yang pandai berbohong dan sering mengumpat kepadanya ini.  Hobinya marah-marah, tapi dengan dipeluk anak terbandelnya ini, hilanglah marahnya. Hanya seidkit omelan-omelan kecil yang bahkan tak terdengar suaranya. Mungkin kalian bertanya-tanya “Kenapa hanya ibu yang kau sebut sebagai orang tua? Bagaimana dengan ayah?” Ketika aku menginjak masa-masa remaja, diusia 12 tahun keatas, aku lebih

Bunga Terakhir

BUNGA TERAKHIR . Halo, Ketika aku nulis cerita yang abstrak tapi harus aku tulis, karena biasanya mantan penulis (eh) ga bisa luapin perasaannya tanpa pulpen dan kertas. Dan ini aku tulis pada tanggal 25 Maret 2016, dini hari tadi. . Kali ini aku buat cerita sesuai apa yang aku alami dan aku rasakan 3 semester lalu, Kalo pun sekarang semuanya berbeda, berarti Tuhan mendengar doa-doa'ku untuk kalian. Nantinya kita semua akan berbeda arah dan tujuan, jalan takdir kita juga berbeda, tak selalu sama, bukan kah begitu........... kawan? Dan mungkin ketika aku tulis coretan kalimat tak bermakna ini, aku sedang ada pada bukit yang berbeda dengan kalian semua, dan ketika aku menoleh keselilingku, tak ada salah satu dari kalian, dan saat itu tiba, aku sebut itu dengan Rindu. . Dulu.. yang aku sebut kita adalah 5 orang konyol yang memiliki sifat saling melengkapi, itu adalah A, R, P, O (aku), dan F. Kita yang awalnya ga saling kenal, tiba-tiba menyatukan batin kita satu